bagiku, bermain hujan justru mengasikkan... meskipun mungkin saja akan menyebabkan masuk angin, pilek, atau bahkan demam. tapi entah apa penyebab utama hingga aku begitu menyenangi hujan, bagiku ketika hujan turun, langit tengah berusaha menyampaikan sesuatu pada bumi, entah itu tentang kesedihan atau berita bahagia. dulu, ketika masih SD aku begitu bahagia jika hujan turun, sebab itu salah satu caraku untuk membuat ibu khawatir. bukan... aku sebenarnya tidak ingin benar-benar membuatnya khawatir, aku hanya senang menikmati perhatian ibu padaku dari kekhawatirannya. ibu selalu menasehatiku, jika hujan turun berarti manusia-manusia penghuni neraka sedang menangisi diri mereka... dan gemuruh adalah ratapan tangis mereka memohon ampun. tapi bagiku, cerita ibu kala itu tak sepenuhnya salah, tapi juga tak sepenuhnya benar, sebab mana mungkin orang yang sudah mati mampu menangis dan meraung sekeras itu.
ibuku mungkin tidak akan pernah tahu, betapa aku menikmati sensasi rintik-rintik yang jatuh dari langit itu menyentuh wajahku hingga mengaliri seluruh tubuhku. rasanya sungguh lain... aku memang senang bermain air, tapi tak ada yang menyamai sensasi ketika air hujan menghantam wajahku. aku senang bermain hujan.
setelah beranjak dewasa, belakangan aku tahu, hujan tak lain dari gelembung-gelembung udara yang membuai di lautan secara terus menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit hingga membentuk awan yang penuh dengan partikel-partikel air lalu menutupi langi. lalu angin bertugas meniupkannya hingga partikel-partikel air itu mengental dan membentuk air hujan yang menjadi lebih berat dari udara hingga ia mulai menghujani tanah. ini ku ketahui tentu saja dari pelajaran ipa yang tak terlalu ku senangi ketika smp. tapi, bukan karena proses itu yang membuatku begitu jatuh cinta pada hujan.
setiap hujan turun, aku bisa saja menikmati tetesan-tetesannya mengalir lurus di kaca jendela kamarku. atau bahkan menciumi bau tanah basah yang disisakannya. bau debu. dan ketika sedang tak berada di rumah, jika hujannya deras, aku akan mampir berteduh dan memandangi wajah-wajah yang bergegas menghindari hujan. semuanya tampak jelas memikat bagiku. aku akan sangat senang jika berteduh di tempat ramai, sebab dari sana dapat ku nikmati wajah-wajah yang beragam, pengendara motor yang hanya sekedar singgah untuk memasang mantel lalu kemudian beranjak pergi, atau perempuan yang terpaksa singgah berteduh karena lupa membawa payung.
aaahhhhh... tapi ada hal yang selalu menggangguku ketika hujan hendak menjatuhkan dirinya ke bumi, dan aku tak begitu menyukainya. langit mendung dengan awan gelap yang menggantung, rasanya sangat suram seperti membumbungkan tangis yang tertahan.
aku selalu berpikir, tak bisakah hujan turun begitu saja tanpa harus melibatkan awan gelap? tapi memang tak pernah ada hal yang tiba-tiba semuanya membutuhkan alasan untuk kemunculannya, tak juga pada hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar